Gua Selomangleng


Langit siang belum menunjukkan tanda-tanda adanya awan hujan. Padahal beberapa hari sebelumnya, Kediri tiada henti-hentinya diguyur hujan. Usai mengunjungi dua candi besar yang terletak di Nganjuk, saya melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah gua bercorak Hindu yang terletak tidak jauh dari pusat kota Kediri. Gua ini bernama Gua Selomangleng yang konon merupakan pertapaan dari masa Kerajaan Kediri hingga Majapahit. Secara administratif, Gua Selomangleng terletak di Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kotamadya Kediri, Jawa Timur.

Selomangleng sendiri berasal dari kata Selo dan Mangleng yang berarti batu (selo) yang menjorok ke luar (mangleng). Berhubung saya pendatang, saya tidak begitu tahu secara detil bagaimana para backpacker bisa menuju ke lokasi ini. Akan tetapi, blog teman saya yang satu ini bisa menjadi petunjuk bagi para wisatawan untuk menuju ke sana. Nah, ada apa saja di sana?

Gua Selomangleng

Relief di dalam gua.
Relief di dalam gua lagi.
Di depan gua, saya disambut oleh beberapa fragmen arca yang ditemukan di sekitar situs. Kemudian saya harus naik tangga untuk mencapa mulut gua. Jika kita melihat foto yang paling atas, maka langsung ketahuan kalau ada dua mulut gua. Masing-masing menuju ke ruangan yang berbeda. Meskipun tampaknya ada dua ruangan, ternyata gua ini memiliki dua ruangan lagi yang berukuran lebih kecil. Kalau saya lihat-lihat, tampaknya masih ada orang yang menggunakan tempat ini untuk bersemedi.

Di dinding gua, tampak ada relief yang bercerita tentang kehidupan Dewi Kilisuci. Keberadaan gua ini memang tidak terlepas dari legenda Dewi Kilisuci dan Gunung Kelud. Kisahnya bermula dari sebuah sayembara yang diadakan oleh Raja Joyoamiluhur untuk mencarikan suami bagi putrinya, Dewi Kilisuci. Sayembara tersebut dimenangkan oleh Jotosuro, seorang raja berkepala kerbau. Dewi Kilisuci tidak ingin dipersunting oleh Jotosuro. Dia pun meminta Jotosuro untuk dibuatkan sumur. Dalam proses pembuatan sumur tersebut, Dewi Kilisuci meminta para prajuritnya untuk menimbun sumur tersebut sampai terbentuk Gunung Kelud. Celakanya, Jotosuro masih seringkali 'marah' sehingga Gunung Kelud meletus. Agar rakyat Kediri selamat, Dewi Kilisuci akhirnya hidup selibat dengan bertapa di Gua Selomangleng hingga moksa. (Sumber kisah dari Pein Akatsuki).

Relief barong di depan pintu gua.
Ruangan dalam gua masih digunakan untuk bersemedi.

Museum Airlangga


Museum ini dibangun satu kompleks dengan kompleks wisata sejarah Gua Selomangleng. Museum ini menyimpan puluhan koleksi arca-arca, lingga dan yoni yang ditemukan dari sekitar Kediri. Salah satu arca yang paling keren adalah arca Syiwa perwujudan Hayam Wuruk yang berasal dari Candi Ngetos, Nganjuk. Sayang sekali, ketika saya ke sana (hari Jumat), museum ini tidak dibuka untuk umum. Akhirnya saya hanya bisa potret-potret benda-benda di luar museum saja.



Demikianlah perjalanan saya ke Gua Selomangleng. Oh ya, tidak jauh dari museum ini, masih ada Pura Penataran Agung Dewi Kilisuci. Perjalanan saya lanjutkan menuju ke kompleks Gua Maria Poh Sarang.

Komentar

Posting Komentar

Mari berbagi cerita