Sumber Sempor


Selain menjadi tempat wisata religi yang beraneka ragam, Yogyakarta juga menjadi salah satu saksi bisu masa  penjajahan di Indonesia. Salah satunya adalah penjajahan negeri Belanda yang konon menginvasi Indonesia hingga tiga setengah abad. Bangunan yang saya kunjungi hari ini termasuk salah satu buatan negeri kincir angin tersebut yang kini dikenal dengan nama Sumber Sempor. Secara administratif, Sumber Sempor terletak di Dusun Beteng, Kelurahan Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, DIY.

Ada apa di sana?
Pancuran di dalam bilik.
Sumber Sempor merupakan sebuah pancuran biasa yang kini dimanfaatkan oleh para warga sebagai tempat untuk MCK. Meskipun demikian, pancuran air di sumber ini menjadi andalan bagi para warga untuk mendapatkan air, terutama pada saat musim kemarau. Air yang dipancurkan keluar, mengalir menuju Sungai Sempor yang mengalir di sisi sumber tersebut. Sumber ini dibangun oleh pemerintah Belanda sekitar tahun 40-an. Diduga, tempat ini dibangun sebagai sumber air minum. Konon, dahulu sumber ini diberi nama Sumber Rempelas karena airnya muncul dari akar-akar pohon rempelas. Tetapi tidak diketahui, mengapa namanya ganti menjadi Sumber Sempor.

Air pancuran mengalir ke Sungai Sempor ini.

Mistisme
Sumber Sempor terletak di bawah pohon beringin yang bueessaaaar. Tidak heran bahwa tempat ini terkesan angker. Ketika bertandang ke sana, saya melihat ada sesajian yang sengaja diletakkan kemungkinan untuk orang-orang yang mencari wangsit, bukan mi pangsit. Ada yang bilang, kalau tempat ini dijaga oleh roh halus bernama Ki Suroyudo yang menampakkan diri dalam bentuk hewan-hewan aneh. Ada yang menyebutkan juga kalau air di tempat ini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit (Kok, kayak Ponari Sweat?)

Di bawah pohon inilah, terletak Sumber Sempor.
Tangga turun menuju bilik.

Benteng Belanda
Tampak luar benteng Belanda itu.
Tidak jauh dari tempat ini, terdapat benteng berukuran kecil. Menurut sumber yang saya baca, benteng ini kemungkinan berfungsi sebagai pos penjagaan, atau gudang logistik Belanda. Benteng ini digunakan untuk mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro ketika terjadi perang Jawa pada tahun 1825 - 1830. Kini, benteng berukuran kecil ini tampak tidak terawat, kotor dan berlumut. Benteng ini juga tidak terlihat dari jalan, selain karena kecil bentuknya, benteng ini tertutup oleh rumah warga dan toko besi yang ada di Jalan Magelang.

Lokasi Situs
Dari Yogyakarta, untuk menuju kedua lokasi ini, Anda cukup mengikuti Jl. Magelang hingga tiba di km 11. Selanjutnya, ikutilah peta sederhana yang saya buat ini.

Peta Jl. Magelang km 11.


Komentar