Museum Perumusan Naskah Proklamasi


Sudah hampir seminggu hujan tidak mengguyur kota Jakarta lagi. Aha, sekarang hari Sabtu, pertanda bagus buat melanjutkan perjalanan keliling Jakarta. Sebagai kelanjutan dari tur museum-museum Jakarta, saya mengunjungi salah satu museum yang dulunya merupakan tempat perumusan naskah proklamasi Indonesia. Museum Perumusan Naskah Proklamasi -begitulah nama yang diberikan kepada bangunan ini sejak tahun 1992, dulunya benar-benar menjadi saksi bisu dari ketegangan, keraguan, sekaligus perjuangan penuh haru akan berdirinya negara Indonesia.


Sekilas mengenai Gedung Museum

Gedung museum didirikan sekitar tahun 1920 oleh arsitek berkebangsaan Belanda Blankenberg. Kepemilikian gedung ini berpindah-pindah, antara lain pernah dimiliki oleh PT. Asuransi Jiwasraya, British Consul General sampai pemerintah Jepang.

Pada masa pemerintahan Jepang, gedung ini merupakan kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda. Ketika masih menjadi kediaman Maeda, pada tanggal 16-17 Agustus 1945, gedung ini disinggahi oleh Soekarno, Moh. Hatta, Ahmad Soebardjo dan beberapa tokoh lain untuk merumuskan naskah proklamasi.

Ketika saya masuk ke dalam, tampak beberapa diorama yang dibuat demikian sehingga menyerupai suasana aslinya. Beberapa koleksi barang-barang interior baik yang asli maupun replika dapat disaksikan hampir di setiap ruangan. Selain itu, beberapa penjelasan yang menyertai peristiwa penyusunan naskah (dan sejarah lainnya) tertulis di papan informasi yang bisa dibaca di dinding museum.

Selayang pandang Museum

Berikut ini adalah beberapa foto yang akan menyertai saya menceritakan pengalaman saya di museum ini.

Foto di sebelah kiri merupakan ruangan yang dulunya dipakai Maeda ketika menyambut Soekarno dan beberapa orang penting lainnya. Rombongan tersebut baru saja datang dari Renggasdengklok dan berniat untuk membahas pemindahan kekuasaan atau lebih tepatnya tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sepertinya Maeda tidak begitu tertarik dengan pembicaraan tersebut, sehingga beliau membiarkan rumah ini untuk digunakan Soekarno dan rekan-rekannya untuk berdiskusi, sedangkan beliau sendiri memilih untuk beristirahat di lantai atas. Ruangan ini berada di sebelah kiri, pertama kali setelah memasuki pintu utama museum.

Ruangan ini terhubung langsung dengan ruang makan tempat Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo menyusun naskah proklamasi.


Di luar ruangan tersebut, yaitu ruangan setelah memasuki pintu utama gedung, merupakan tempat rombongan lainnya menunggu rumusan naskah proklamasi.


Kemudian, tampak ada tangga naik ke lantai atas. Di bawah tangga tersebut tampak ada piano, di mana Soekarno dan Moh. Hatta menandatangani naskah proklamasi yang telah diketik oleh Sayuti Melik.


Di lantai atas, terdapat beberapa ruangan tempat memajang papan ikhtisar perjuangan rakyat Indonesia pra dan pasca kemerdekaan. Sedangkan di bagian belakang gedung terdapat halaman rumah dan sebuah bunker.


Epilog

Mengunjungi museum ini rasanya seperti kembali ke masa di mana mengibarkan bendera merah putih tidak semudah sekarang. Mereka yang pernah ada di rumah ini adalah orang-orang yang tidak pernah gentar melawan penjajah demi memperjuangkan kemerdekaan negara ini. Sebagai generasi muda, jangan sampai kita melupakan apa yang pernah dilakukan bapa bangsa ini. Melalui museum, jendela pikiran kita terbuka untuk melanjutkan cita-cita mereka di masa lalu sehingga menjadi nyata di masa kini dan masa-masa yang akan datang.

Komentar