Museum Taman Prasasti


Mendengar kata Prasasti, tentu membuat pikiran kita tertuju pada batu tulis peninggalan klasik seperti Prasasti Tuk Mas, Prasasti Gondosuli, atau Prasasti Plumpungan. Akan tetapi pemikiran itu berubah ketika saya masuk ke Museum Taman Prasasti yang berlokasi di Jl. Tanah Abang, Jakarta Pusat, tidak jauh dari Monumen Nasional dan Museum Nasional.

Eks Makam Belanda

Ketika saya berkunjung ke museum ini, tampak beberapa pekerja sedang membangun kembali museum ini. Menurut petugas, pembangunan ini akan selesai pada Desember 2012 dan dapat dinikmati keindahannya pada Januari tahun mendatang. Museum Taman Prasasti menyimpan puluhan nisan-nisan makam Belanda mulai dari yang paling sederhana, sampai yang dilengkapi cungkup dan tempat istirahat. Lalu, apakah masih ada jasad-jasad orang Belanda di balik nisan-nisan tersebut?

Kereta pengangkut [...].

Tangisan Wanita di Waktu Malam

Menurut Davinna Anggraini, hampir semua jasad telah dipindahkan ke Belanda pada saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Namun sempat beredar kabar, bahwa pernah terdengar suara tangisan wanita yang berasal dari tengah-tengah kompleks museum.

Di patung inilah terdengar suara tangisan wanita.
Ada yang menyebutkan bahwa "alasan" wanita tersebut menangis karena jasad suaminya masih tertinggal di kompleks taman prasasti ini: yaitu di salah satu makam terletak tidak jauh dari patung wanita itu. Padahal, jasad wanita tersebut sudah dibawa ke Belanda.

Makam keluarga keturunan Yesus - Maria Magdalena?

Jalan-jalan di Taman Prasasti

Selain menyimpan kisah misteri, Museum Taman Prasasti juga menyimpan nisan Soe Hok Gie, seorang aktivis yang menentang kediktatoran pemerintahan Republik Indonesia.

Jika dilihat-lihat, memang taman ini dihiasi oleh ornamen-ornamen khas Eropa: gothic, patung Yesus, Bunda Maria, dan malaikat. Semua ini ditinggalkan begitu saja ketika jasad orang-orang Belanda tersebut dibawa pulang.

Selain nisan makam Soe Hok Gie, (seharusnya) di tempat ini tersimpan pula nisan makam seorang pastur yang juga berkarya di bidang kesehatan. Namun kami tidak menemukannya karena lokasi ini sedang dipugar.

Tengkorak aslinya (katanya) disimpan di Museum Fatahillah.
Ada pula makam seseorang berkebangsaan Jerman bernama Pieter Erberveld yang konon memimpin pergerakan rahasia yang bertujuan menyerang Belanda. Kematiannya pun tragis, diceritakan bahwa eksekusi hukuman mati dilakukan dengan menarik kedua tangannya dengan kuda secara berlawanan arah.

Yang unik lagi adalah sebuah makam dengan nisan berbentuk candi! Makam ini milik Jan Laurens Andries Brandes, seorang filolog dan leksikografer berkebangsaan Belanda. Beliau lah yang menjadi pelopor berdirinya Balai Arkeologi Indonesia.

Selain nisan-nisan tersebut, kita juga masih bisa melihat beberapa landmark yang terbuat dari perunggu. Hanya saja, kita bisa menikmati suasana asli ini setelah selesai dipugar nanti. Seperti apa ya?

Landmark Taman Prasasti.

Nisan berbentuk puncak kastil dan nisan berbentuk harpa.

Ornamen-ornamen lainnya.

Komentar

Posting Komentar

Mari berbagi cerita