Keraton Surosowan


Keraton atau Benteng Surosowan merupakan tujuan kedua yang saya. Nama yang diberikan kepada situs merupakan nama raja pembangunnya, Sultan Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan -raja kedua Kerajaan Banten. Kelanjutan pembangunan dinding keraton dilakukan oleh Sultan Maulana Yusuf Panembahan Pekalangan -putra Panembahan Surosowan. Keraton yang menempati wilayah seluas 3 hektar ini merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Banten.

Banten: Kawasan yang Dikerdilkan

Sebelum terbentuk propinsi tersendiri, Banten telah mengalami dinamika yang cukup rumit. Keraton Surosowan inilah yang menjadi salah satu saksi dinamika kerajaan. Sebelum pusat pemerintahan Banten dipindah ke Serang, tentu keraton ini tampak cantik. Akan tetapi seperti yang bisa kita lihat sekarang, Keraton Surosowan hanya menyisakan dinding dan reruntuhan keratonnya. Sayang sekali, bukan? Tidak berbeda dengan Keraton Kaibon, batu bata penyusun kompleks Keraton Surosowan diambil untuk membangun pusat pemerintahan yang baru.

Kalau saya boleh berpendapat, lokasi keraton yang dekat dengan pantai menunjukkan bahwa Kesultanan Banten menempati posisi yang strategis. Sebagai penghasil lada, tentu Banten menjadi salah satu pelabuhan penting yang memegang kendali perdagangan nusantara. Akan tetapi ketika VOC masuk, mereka mendirikan benteng Speelwijk. Benteng ini berada lebih dekat dengan pantai, ada kemungkinan posisinya cukup strategis untuk memantau kegiatan di Keraton Surosowan. Ya, ini cuma kemungkinan lah.

Entah karena alasan apa, posisi Kesultanan Banten semakin melemah sepeninggal Sultan Ageng Tirtayasa. Melemahnya kesultanan berdampak pada runtuhnya struktur organisasi. Pusat pemerintahan pun dipindah ke Serang. Sebelum menjadi propinsi tersendiri, Banten termasuk sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Barat.

Mari kita lihat beberapa foto Keraton Surosowan berikut ini:

Gerbang masuk Keraton Surosowan, gerbang sebelah utara.
Gerbang sebelah barat.
Lorong dan tangga di pojok benteng sebelah barat laut.
Kiri: Lorong dan tangga di pojong benteng sebelah timur laut. Kanan: Di dalam lorong.
Mungkin dulunya pemandian.
Salah satu ruangan di dalam Keraton Surosowan.

Sekali Lagi, Amat Disayangkan

Kawasan Banten Lama memiliki potensi pariwisata yang bisa dikembangkan. Bangunan yang hingga kini dikenal luas oleh para wisatawan dan peziarah adalah Masjid Agung Banten. Masjid ini berada di sebelah timur laut Keraton Surosowan. Dengan demikian, para peziarah bisa menikmati nuansa petilasan Keraton Kesultanan Banten secara langsung. Akan tetapi, keberadaan para pedagang sepertinya tidak terorganisir dengan baik. Perlu ada upaya merapikan lokasi pariwisata, perbaikan sarana infrastruktur (jalan raya) dan juga kebersihan lokasi.

Masjid Agung Banten.

Di Sekitar Keraton Surosowan

Di sekitar keraton, ada beberapa bangunan yang masih merupakan bagian pelengkap keraton. Bangunan-bangunan itu antara lain Pengindelan, Gedong Ijo, Watu Gilang, Watu Singayaksa dan Jembatan Rantai.

Pengindelan adalah bangunan yang digunakan untuk mengalirkan air dari Danau Tasikardi ke Keraton Surosowan. Ada tiga pengindelan yang bisa dilihat, akan tetapi hanya dua di antaranya yang masih utuh bahkan masih dipakai untuk saluran pengairan sawah. Dari utara ke selatan, ketiga pengindelan itu antara lain adalah:

Pengindelan Emas

Reruntuhan Pengindelan Emas dan sisa-sisa saluran air menuju Keraton Surosowan.

Pengindelan Putih

Pengindelan Putih dan bagian dalamnya.

Pengindelan Abang

Pengindelan Abang dan bagian dalamnya.

Gedong Ijo

Gedong Ijo adalah sebuah gapura yang hingga kini tidak diketahui bentuk bangunan utuh aslinya. Seperti yang tampak pada foto, Gedong Ijo terletak di tengah sawah.


Tidak jauh dari Keraton Surosowan, terdapat dua "Watu" (=batu) yang bersejarah. Kedua batu itu adalah Watu Gilang dan Watu Singayaksa. Watu Gilang adalah batu tempat raja-raja Banten ditahbiskan. Sedangkan Watu Singayaksa adalah batu tempat prajurit membacakan titah raja.

Watu Gilang

Watu Singayaksa


Saya tidak memfoto Jembatan Rantai yang dulunya digunakan untuk menarik pajak kapal angkutan yang lewat. Kalau tidak salah lihat, sekarang sudah direnovasi untuk jembatan penyeberangan biasa. Makanya saya kelewatan memfotonya, karena saya pikir itu bukan jembatan rantai.

Pelataran Museum Situs Banten Lama

Beranjak dari Keraton Surosowan, saya melihat-lihat pelataran Museum Situs Banten Lama. Karena hari ini adalah Senin, kantor tidak buka. Oleh karenanya, saya hanya melihat-lihat bagian luar dari museum ini. Tampak ada beberapa cungkup yang menyimpan: batu-batu hiasan Keraton Surosowan, meriam Ki Amuk, alat penggiling lada, dan alat pengolah logam.

Batu-batu hiasan Keraton Surosowan.
Meriam Ki Amuk.
Alat penggiling lada.
Alat pengolah logam.

Demikianlah hasil perjalanan saya di Keraton Surosowan dan sekitarnya. Masih ada satu lagi objek yang akan saya kunjungi, yaitu Menara Masjid Pecinan. Seperti apa bangunannya?

Komentar

  1. Mirip Taman Sari, ada taman airnya di dalam.

    BalasHapus
  2. Iya, mirip. Tapi kolam bukan yang utama, tidak berukuran sebesar Taman Sari.

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berbagi cerita