Petilasan Prasasti Kayu Arahiwang


Masih terkait dengan sejarah Purworejo di daerah Bagelen, pada waktu KKN dulu pula saya bersama Mas Muhammad Rahzen mengunjungi sebuah situs yang kini diubah mejadi Monumen Prasasti Kayu Arahiwang. Di tempat inilah Prasasti Kayu Arahiwang ditemukan. Prasasti tersebut telah dipindahkan ke Museum Nasional Jakarta. Monumen ini terletak di Dusun Boro Tengah, Desa Borowetan, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Prasasti tersebut ditemukan di bawah pohon sono. Menurut informasi yang saya peroleh dari internet, prasasti ini kurang lebih berisi:
  • Pada tanggal 5 Oktober 901 M, pernah diadakan upacara besar yang dihadiri pejabat dari berbagai wilayah.
  • Menetapkan wilayah Kayu Arahiwang sebagai tanah perdikan, yang dibebaskan dari pembayaran pajak namun ditugaskan untuk menjaga suatu tempat suci yang disebut Parahyangan.
  • Disebutkan pula bahwa terdapat guha yang disucikan, yang diduga adalah Gua Seplawan; mengingat bahwa terdapat bangunan suci Candi Gondoarum yang berada di sekitar gua ini.

Angka tahun pada prasasti inilah yang dijadikan hari jadi Kabupaten Purworejo, yang ditetapkan tanggal 5 Oktober 1994. Hmm, berarti kira-kira hampir sama dengan Prasasti Mantyasih yang ada di Kota Magelang. Diduga pula keberadaan kerajaan bercorak agama Hindu di daerah Purworejo ini lebih tua daripada Mataram Hindu yang ada di Prambanan.

Untuk menuju ke tempat ini, jujur saja saya tidak ingat rutenya. Soalnya pada waktu itu saya melewati sebuah tikungan di Desa Ganggeng yang katanya lebih dekat ketimbang lewat Boro. Dan hal inilah yang menyebabkan saya kelelahan untuk mengingatnya kembali.

Setelah melihat-lihat monumen tersebut, langit sudah mulai menitikkan airnya. Itu berarti kami harus makan mie ayam yang warungnya berada di depan monumen itu. Ehem, sebenarnya kami berteduh di sana. Pada waktu KKN ini, saya hanya sempat mengunjungi monumen ini serta Situs Watu Kenong saja. Sayang, tidak ada kesempatan blusukan ke Gua Seplawan. Mungkin lain waktu....

Komentar