Petilasan Tapak Noto


Ketika melihat papan petunjuk menuju Candi Lawang, saya cukup penasaran dengan tulisan yang ada di bawahnya: Tapak Noto. Oleh karena itu, setelah mengunjungi Candi Sari, saya pun mencari tahu apa itu Tapak Noto. Petilasan Tapak Noto masih terletak di Dusun Sendangrejo, Desa Sumbung, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Tapak Raja
Kebetulan ada seorang anak perempuan naik motor, saya pun menanyakan "Tapak Noto" itu kepadanya. Kemudian anak itu menjawab sambil tersenyum, "Tapak Raja!" Saya pun semakin penasaran dengan petilasan tersebut. Dengan mengikuti petunjuk yang minim, saya pun memulai pencarian ke lokasi ini sebelum kembali ke Yogyakarta. Seperti yang dikatakan oleh anak itu, Tapak Noto adalah tapak kaki raja Pakubuwono X. Tapak kaki tersebut tercetak di atas dua buah batu terpisah. Tapak yang pertama diberi nama Selo Tapak Noto Sang Hyang Bathara Noto (Wisnu), yang konon merupakan sisi laki-laki. Sedangkan di belakang tapak pertama tersebut, terdapat tapak kedua yang diberi nama Selo Tapak Noto Sang Hyang Bathari Noto (Sinta), yang merupakan sisi perempuan.

 Selo Tapak Noto Sang Hyang Bathara Noto (Wisnu).

 Selo Tapak Noto Sang Hyang Bathari Noto (Sinta).

Loh, kenapa ada tapak di tempat seperti ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentu ada dugaan yang muncul. Mungkin dulunya Pakubuwono X sedang jalan-jalan dan melihat pemandangan yang indah (atau ada aktivitas lain yang cukup berkesan, seperti berburu atau sekedar berkeliling). Kemudian beliau beserta permaisuri meninggalkan jejak berupa tapak kaki. Tapak kaki raja diberi nama Wisnu dan tapak kaki permaisurinya diberi nama Sinta. Dugaan ini bukanlah tanpa alasan, mengingat lokasi ini tidak terlalu jauh dari Pesanggrahan Pracimoharjo.

Bertemu Tiga Orang Lain dari Boyolali
Ketika sedang berkunjung ke lokasi ini, saya bertemu dengan tiga orang yang kurang lebih sehobi dengan saya: blusukan. Yang membedakan hanyalah objek pencarian, kalau saya mencari peninggalan Hindu, Buddha dan Islam; sedangkan mereka mencari objek-objek yang mereka sebut source. Mereka beranggapan bahwa objek-objek seperti candi dan napak tilas lainnya merupakan decoy, atau umpan untuk menutupi objek yang sesungguhnya (source). Seperti contohnya piramida yang ada di Bandung. Menurut mereka, piramida ini menjadi bukti hipotesis mengenai eksistensi Kerajaan Nusantara terkuat yang bahkan melahirkan suku-suku bangsa di dunia seperti Mesir, Maya, Aztec, Sumeria, dan lain-lain. Peninggalan-peninggalan asli tersebut kemudian dikubur seiring dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Tanah Jawa ini. Mungkin mereka memiliki visi seperti Komunitas Turonggo Seto, yaitu mengungkapkan sejarah nusantara yang hilang, ehem, yang telah dibelokkan oleh Belanda.

Kemudian kami berpisah di tengah jalan. Mereka ingin melanjutkan perjalanan ke Candi Lawang dan Candi Sari yang telah saya kunjungi sebelumnya. Oh ya, untuk menuju ke Tapak Noto, Anda cukup mengikuti peta sederhana yang telah saya buat.

Klik pada gambar untuk memperbesar.

Anda tertarik dengan paket wisata Cepogo yang satu ini?

Komentar