Dinginnya Cemara Sewu. |
Jujur saja, hari ini saya sedang dilanda sebuah masalah yang cukup besar urusan perkuliahan. Di tengah-tengah kegalauan yang terjadi, penghiburan pun datang! Saya bersama dengan Irin dan keluarga (baru) ko Richard dan ce Iin menghabiskan minggu siang (4/12/2011) di Cemara Sewu.
Cemara Sewu
Cemara Sewu merupakan sebuah tempat wisata yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) dengan Kabupaten Magetan (Jawa Timur). Tempat ini benar-benar dingin karena berada di lereng Gunung Lawu. Cemara Sewu menjadi tempat yang umum bagi para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu, karena di sini terdapat pintu utama menuju pendakian. Kami tidak melakukan pendakian Gunung Lawu, melainkan hanya berwisata kuliner di sekitar situ.
Untuk menuju ke Cemara Sewu, Anda bisa berangkat dari Solo. Ikutilah jalan menuju Kabupaten Karanganyar. Tiba di Karanganyar, ikutilah petunjuk jalan menuju ke Tawangmangu. Karena hanya ada satu-satunya jalan utama menuju Tawangmangu (melewati persimpangan yang mengarah ke Candi Ceto), maka tidaklah sulit menemukan Cemara Sewu. Lokasi dari obyek wisata ini berada benar-benar di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Apa saja yang kami makan?
Sebelum tiba di Cemara Sewu, kami sempat mampir di penjual pecel pincuk di Tawangmangu. Pecel di sini rasanya istimewa, ditambah dengan peyek kacang yang gurih dan renyah. Tempat untuk berjualan pecel bukanlah warung atau restoran, melainkan hanya di pinggiran jalan. Setelah cukup kenyang, kami pun berangkat naik lagi menuju ke Cemara Sewu.
Di Cemara Sewu, kami makan di salah satu warung yang berderet di tepi jalan-jurang. Warung-warung di sepanjang jalan itu hanya menjual makanan berupa: jagung bakar, mi instan, sate kelinci, sate landak, dan tahu goreng sambel kecap. Kami pun memesan semua makanan yang dijual di sana selain mi instan. Baru kali ini saya menyantap daging kelinci dan daging landak. Daging kelinci rasanya mirip dengan daging ayam, tapi sedikit lebih halus; sedangkan daging landak rasanya mirip dengan daging kambing: alot-alot gimana gitu.
Untuk berada di sini, saya harus bertahan dengan udara dingin yang menusuk-nusuk pori-pori kulit sekaligus membuat bulu kuduk berdiri kedinginan. Sumpe! Bener-bener dingin! Panasnya teh dan hidangan tidak bisa bertahan lama. Walaupun kami tidak pergi ke objek wisata mana pun, saya sudah merasa puas dengan pemandangan dan kuliner di sini.
Anekdot
Setelah melewati persimpangan Tawangmangu-Candi Ceto yang tentu saja menuju ke arah Tawangmangu, ada sebuah pohon yang memang dikeramatkan sampai-sampai dibuat pagar pembatas di sekitar pohon. Konon, pengendara yang lewat harus membunyikan klakson kendaraannya ketika melintasi jalan di depan pohon tersebut.
Sebelum tiba di gerbang Tawangmangu (bukan loket wisata), ada sebuah rumah yang disebut Rumah Hantu. Dari kejauhan, jendela rumah itu terbuka dan tertutup sendiri: begitu seterusnya yang dilihat oleh siapa pun yang melintasi jalan berliku di daerah Tawangmangu. Sayang, saya tidak bisa mengambil gambar dan menjelaskan secara pasti fenomena Rumah Hantu tersebut karena lokasinya cukup jauh dari jalan utama dan terpisah oleh jurang. Kapan-kapan saya pasti cari tahu, misteri jendela rumah yang terbuka dan tertutup itu.[]
Untuk menuju ke Cemara Sewu, Anda bisa berangkat dari Solo. Ikutilah jalan menuju Kabupaten Karanganyar. Tiba di Karanganyar, ikutilah petunjuk jalan menuju ke Tawangmangu. Karena hanya ada satu-satunya jalan utama menuju Tawangmangu (melewati persimpangan yang mengarah ke Candi Ceto), maka tidaklah sulit menemukan Cemara Sewu. Lokasi dari obyek wisata ini berada benar-benar di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Apa saja yang kami makan?
Pecel pincuk Tawangmangu. |
Di Cemara Sewu, kami makan di salah satu warung yang berderet di tepi jalan-jurang. Warung-warung di sepanjang jalan itu hanya menjual makanan berupa: jagung bakar, mi instan, sate kelinci, sate landak, dan tahu goreng sambel kecap. Kami pun memesan semua makanan yang dijual di sana selain mi instan. Baru kali ini saya menyantap daging kelinci dan daging landak. Daging kelinci rasanya mirip dengan daging ayam, tapi sedikit lebih halus; sedangkan daging landak rasanya mirip dengan daging kambing: alot-alot gimana gitu.
Di salah satu warung di Cemara Sewu. |
Anekdot
Setelah melewati persimpangan Tawangmangu-Candi Ceto yang tentu saja menuju ke arah Tawangmangu, ada sebuah pohon yang memang dikeramatkan sampai-sampai dibuat pagar pembatas di sekitar pohon. Konon, pengendara yang lewat harus membunyikan klakson kendaraannya ketika melintasi jalan di depan pohon tersebut.
Sebelum tiba di gerbang Tawangmangu (bukan loket wisata), ada sebuah rumah yang disebut Rumah Hantu. Dari kejauhan, jendela rumah itu terbuka dan tertutup sendiri: begitu seterusnya yang dilihat oleh siapa pun yang melintasi jalan berliku di daerah Tawangmangu. Sayang, saya tidak bisa mengambil gambar dan menjelaskan secara pasti fenomena Rumah Hantu tersebut karena lokasinya cukup jauh dari jalan utama dan terpisah oleh jurang. Kapan-kapan saya pasti cari tahu, misteri jendela rumah yang terbuka dan tertutup itu.[]
Komentar
Posting Komentar
Mari berbagi cerita