Candi Sojiwan


Mungkin ini adalah kunjungan kelima saya di Candi Sojiwan, yang terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi Sojiwan menjadi saksi bisu berdirinya sebuah kerajaan bercorak agama Hindu besar pada jamannya, yang juga berdampingan dengan agama Buddha. Kunjungan saya sebelum ini adalah untuk mengamati sedikit demi sedikit dari proses rekonstruksi candi yang runtuh lagi karena gempa besar tahun 2006 silam. Kali ini, Candi Sojiwan telah utuh kembali dan juga belum lama ini diresmikan.

Candi Sojiwan ketika sedang dipugar.
Perjalanan kali ini, saya ditemani oleh seorang pemandu wisata lokal bernama Mas Topo, begitu saya panggil beliau. Kami bercengkerama sambil mengitari Candi Sojiwan. Saya bercerita bahwa berulang kali saya kemari untuk melihat dan bertanya, "Kapan jadinya ya?" Kemudian beliau mengisahkan bahwa candi ini masih sangat luas. Pagar-pagar yang membatasinya pun belum dipugar kembali dan konon menerjang beberapa rumah, sawah bahkan kompleks pemakaman.

Bagian dalam candi.
Sekilas Tentang Candi Sojiwan
Proyek rekonstruksi candi ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 50-an silam. Tahap demi tahap dirampungkan, namun kembali rusak karena gempa besar yang melanda Yogyakarta. Candi ini sebenarnya dibangun oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang dipersembahkan kepada istrinya Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra yang berbeda keyakinan sekitar pertengahan abad ke-9; Rakai Pikatan beragama Hindu, sedangkan Pramodawardhani beragama Buddha. Pembangunan candi ini mungkin bertujuan untuk menjaga kerukunan antara umat beragama; karena pada masa itu, Dinasti Sanjaya sedang berkembang setelah sebelumnya terdesak oleh keberadaan Dinasti Syailendra. Oleh karenanya, Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya menikahi Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra. Hal perihal tentang kedua dinasti ini memang masih belum jelas karena belum atau tidak ditemukannya bukti-bukti sejarah yang lengkap mengenai kekuasaan mereka.

Di bagian pondasi candi, terdapat beberapa relief yang memiliki kisah masing-masing. Namun, dari 20 relief yang ada, hanya ada 19 yang dapat terselamatkan. Di sekitar candi ini, terdapat beberapa batu perwara yang belum disusun, serta dua buah stupa besar.

Salah satu relief di depan pintu candi.
Salah satu stupa besar yang telah selesai direkonstruksi.
Candi Sojiwan dan Sekitarnya
Setelah berbincang-bincang dengan Mas Topo, saya pun diajak berkeliling desa untuk melihat-lihat beberapa batu lain yang masih belum tersusun. Beberapa batu yang ditemukan di areal persawahan, yaitu batu-batu pagar candi, disusun tidak jauh dari lokasi candi. Mas Topo menambahkan, bahwa desa ini diharapkan benar-benar menjadi desa wisata budaya. Beberapa jalan kemungkinan akan dijaga oleh pos yang menuju ke desa ini, agar bisa memperoleh dana retribusi bagi desa. Untuk mewujudkan hal itu, Candi Sojiwan ini akan dibangun lebih lanjut, lengkap dengan pagar-pagarnya. Bahkan, tidak jauh dari Candi Sojiwan akan dibangun kembali Candi Kalongan.

Batu andesit yang ditemukan di persawahan, kini menjadi pagar kebun.
Batu andesit yang lain.
Di bawah kuburan inilah, terletak Candi Kalongan.

Untuk menuju candi ini tidaklah sulit, apalagi lokasinya cukup dekat dengan Candi Prambanan.
  • Jika berangkat dari arah Yogyakarta, temukan gerbang batas Propinsi Jateng-DIY di sepanjang jalan Solo. Di sebelah selatan (kanan) jalan di sekitar situ, Anda akan menemukan jalan kecil ke arah selatan (ini pertigaan). Masuklah ke jalan kecil tersebut.
  • Selanjutnya, tidak jauh setelah Anda menyeberangi rel. Sekitar 300 m dari rel, temukan pertigaan ke kiri (timur) yaitu desa Kebondalem Kidul. Ambil jalan ke kiri tersebut.
  • Candi Sojiwan dapat di temukan di sisi selatan jalan itu sekitar 300 m dari pertigaan tadi.
Bagaimana? Ingin mampir ke sana?

Komentar