Petilasan Prasasti Mantyasih


Masih menjelajah masa berkuasanya Hindu dan Budha di tanah Jawa ini, saya tidak meluputkan kota kelahiran saya dalam hal pencarian. Menurut informasi yang saya dapatkan di tarabuwana, ada dua petilasan prasasti yang ada di Kotamadya Magelang. Hah? Saya yang orang Magelang aja dulu nggak plego sama hal gituan. Oleh karena itu, siang ini saya 'balas dendam' kepada masa lalu saya yang mengacuhkan peninggalan budaya yang menjadi titik awal penanggalan umur Kotamadya Magelang ini.

Tentang Prasasti Mantyasih

Menurut informasi yang saya peroleh dari beberapa sumber, Prasasti Mantyasih atau disebut juga Prasasti Balitung berangka tahun 907 M yang berasal dari Wangsa Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini bertuliskan silsilah raja-raja Mataram Kuno sebelum Raja Balitung. Tujuan ditulisnya prasasti ini tidak lain adalah untuk melegimitasi Raja Balitung sebagai pewaris sah Kerajaan Mataram Kuno. Di samping itu, prasasti ini juga menyebutkan bahwa desa Mantyasih ditetapkan sebagai desa perdikan atau wilayah yang bebas pajak oleh Raja Balitung. Sedangkan Mantyasih sendiri berarti beriman dalam cinta kasih.

Petilasan Prasasti Mantyasih

Pas saya menuju ke sana, saya bertanya: "Mana prasastinya?" Paling-paling sama seperti yang di Purworejo dulu, prasastinya telah dipindahkan. Petilasan Prasasti Mantyasih terletak di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang (atau Cacaban?), Kecamatan Magelang Tengah, Kotamadya Magelang, Jawa Tengah. Kini, petilasan prasasti ini hanya berupa sebuah monumen kecil. Di sana ditempatkan lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan.

Jemuran di Sana-sini

Untuk menuju ke petilasan ini, Anda bisa memulai perjalanan dari alun-alun kota Magelang.
  • Telusurilah jalan alun-alun selatan (yang ada kantor polisinya) ke arah barat (menuju masjid agung).
  • Teruslah ke barat, menyisir jalan di sisi selatan masjid hingga bertemu dengan perempatan yang dijaga lampu lalu lintas (ada pompa bensin di barat laut perempatan).
  • Ambil tikungan ke kanan menelusuri Jl. P. Diponegoro hingga menemukan perempatan gingsul yang ada petunjuk jalan menuju Bandongan. Ikuti jalan menuju Bandongan, maka Anda akan menjumpai beberapa turunan.
  • Kira-kira 300m dari persimpangan yang ada petunjuk jalan menuju Bandongan tadi, Anda akan menemukan gapura di sisi kanan (utara) jalan. Masuklah ke gang itu. Anda tiba di Desa Meteseh.
  • Ikuti jalan gang itu. Kira-kira 200m dari gapura, Anda akan menemukan petilasan prasasti tersebut di sisi utara jalan. Petilasan tersebut terletak di dekat Langgar Agung Mantiasih.

Tanda peresmian petilasan.
Yang saya dapatkan saat itu adalah, pagar petilasan menjadi tempat untuk menjemur pakaian. Waduh-waduh, mengganggu pemandangan saja. Meskipun demikian, kondisinya masih terawat. Di bawah lumpang batu, ada marmer peresmian monumen bertuliskan "Pemugaran Tanda Ditemukannya Hari Jadi Kota Magelang Tanggal 11 April 907" Itu berarti, tempat ini menjadi pioneer berdirinya Kota Magelang.

Komentar