Kabupaten Magelang memang cukup luas. Sabtu (6/8/2011) pagi, saya berangkat dari rumah menuju sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang yang ada candinya. Candi Selogriyo, inilah nama candi yang terletak di dusun Selogriyo, Kembang Kuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Candi ini lokasinya sangat terpencil, hingga akses menuju candi tersebut hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki sepanjang jalan setapak selebar satu meter. Kalau mau naik motor juga bisa, tapi saya ragu-ragu dengan kondisi jalan seperti itu.
Untuk menuju ke sana, kita membutuhkan sebuah informasi keberadaan kecamatan Windusari terlebih dahulu. Saya akan memandu Anda dari kota Magelang. Menuju kecamatan Windusari bisa melalui dua jalur, yaitu lewat Payaman (yang ada Pemandian Kalibening nya) atau lewat Bandongan. Akan tetapi, saya akan menggunakan jalur via Payaman.
- Dari kota Magelang, teruslah mengikuti Jalan Raya Magelang-Semarang (utara). Selepas keluar dari Kota Magelang, cobalah untuk berhati-hati terhadap beberapa persimpangan. Temukan pertigaan ke kiri menuju ke Payaman (pemandian Kali Bening). Belok kiri di sini.
- Selanjutnya, ikutilah jalan itu. Kira-kira 7 kilometer, Anda sudah sampai di daerah Windusari. Jika bertanya kepada warga, maka Anda akan mendapatkan informasi tentang persimpangan ke arah Bandongan. Ada pertigaan (ke kiri) utama di Windusari, tepatnya setelah melewati lapangan Windusari. Beloklah ke kiri di situ.
- Dari persimpangan ini, rambu-rambu menuju Selogriyo juga harus dicermati. Kira-kira berjarak 3 kilometer dari pertigaan di Windusari itu, rambu-rambu itu dapat dijumpai dan membawa Anda belok ke kanan (menuju desa Selogriyo). Jalan menuju candi tidaklah semudah yang dibayangkan. Kita akan melewati area perkampungan dan persawahan. Ikutilah jalan itu sampai ke ujungnya: yaitu Candi Selogriyo itu sendiri.
Jalan setapak menuju candi |
Gerbang Candi Selogriyo |
Jalan menuju candi ini memang ekstrim, namun menawarkan pemandangan desa yang eksotis. Sepanjang jalan, saya terkagum dengan keindahan alamnya. Bukan hanya pemandangan bapak-bapak dan ibu-ibu petani yang bercocok tanam di sawah, tetapi juga mereka yang menambang dan memecah batu di sepanjang sungai (sepertinya sungai Progo).
Sepanjang jalan setapak itu, saya terkagum memandangi sawah di antara bukit-bukit hingga jalan itu membimbingku ke gerbang masuk candi. Dari gerbang itu, saya mendaki ke atas dan menemukan candi yang arca-arcanya masih lengkap, namun kepalanya sudah rusak atau hilang. Melihat arca-arca di candi ini, Candi Selogriyo termasuk candi bercorak agama Hindu.
Arca Candi Selogriyo. Courtesy of Wihikan Wijna. |
Monggo silakan mampir ke candi ini. Ketika saya melihat buku tamunya, memang saya pengunjung pertama candi ini di hari itu. Akan tetapi, saya mendapati bahwa di hari sebelumnya, beberapa wisatawan dari Prancis turut mengunjungi candi yang rute perjalanannya cukup ekstrim ini.
sangat indah,,mengagumkan,dimana kita bisa membaca sejarah bahwa mereka mampu berbuat sesuatu untuk rohaniyah,,sampai kita ikut kagum
BalasHapus