Candi Miri


Speechless, hampir saya putus asa menuju ke Candi Miri ini. Lokasi Candi Miri masih di desa Nguwot, dusun Sambirejo, kec. Prambanan, kab. Sleman, Yogyakarta. Akan tetapi, untuk menuju sana saya harus menghentikan kendaraan saya di desa di bawah hutan. Sepertinya, candi ini merupakan candi bercorak agama Hindu karena ditemukan beberapa yoni walau tidak utuh.

Untuk menuju ke sini, ikuti rute yang sama menuju Candi Barong. Hanya saja, ketika menjumpai perempatan di mana kita mengambil jalur tengah jika ingin ke Candi Barong; maka kita mengambil jalur ke kiri. Jalan kecil itu akan membawa kita ke desa Nguwot (tetapi saya menemukan papan bertuliskan Dawangsari). Selanjutnya, akan lebih mudah jika Anda bertanya kepada warga karena tokh jalan menuju candi tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor non-offroad.

Seperti dikatakan di atas, saya hampir 'miris' menuju ke Candi Miri. Menurut penuturan warga setempat,
"Ini lurus saja terus, nanti motor dititipkan di rumah itu (sambil menunjuk ke sebuah rumah di kaki tanjakan tanpa jalan). Nanti jalan kaki terus saja sampai menemui menara. Di situlah candi berada."
Sudah mirip di jalan menuju
akhirat. Ternyata saya masih hidup,
soalnya saya melihat kabel listrik
Sepertinya tidak jauh, tapi bukan berarti dekat. Saya seperti berada di jalan menuju akhirat! Banyak pohon tanpa daun berada di kanan kiri saya; gersang dan panas yang saya rasakan. "Duh Gusti, saya sampai di mana ini? Benarkah saya masih hidup," pikir saya. Saya mengikuti jalan, kebetulan ada tanda panah bekas outbond. Jadi saya ikuti saja. Kira-kira dua puluh menit berjalan saya melihat ada pagar-pagar mengelilingi sebuah menara. Saya kira disitulah candinya seperti yang dituturkan warga. Akan tetapi, saya tidak menemukan apa-apa! Saya mencoba melanjutkan perjalanan, hasilnya juga tetap nihil!

Yoni yang terbengkalai
Pupus harapan saya, saya menuruni jalan. Tidak jauh dari menara itu, "Lho, kok ada tumpukan batu?" Saya bergegas ke sana dan menemukan yoni yang telah cuwil. Di sekitar yoni itu, terdapat tumpukan batu yang sudah ditumbuhi ilalang. Saya bernafas lega walaupun sedikit merinding, seperti ada yang membisiki saya waktu itu. Siapa ya, suara hati atau suara alam? Sudah miris berjalan, saya miris lagi melihat candinya yang hampir tidak berbentuk lagi. Beberapa batu yang tersusun terlihat sepanjang perjalanan saya dari desa. Sepertinya, bukit ini dulunya merupakan kompleks candi yang cukup besar yang terdiri dari beberapa teras bertingkat-tingkat.

Selesai dengan melihat reruntuhan Candi Miri, saya menuruni daerah itu. Otomatis saya melewati lembah kekelaman itu lagi. Dan saya juga ternyata masih hidup karena melihat kabel listrik, melihat motor saya, menaiki motor saya meninggalkan kecamatan Prambanan dan akhirnya menulis artikel di blog ini. Terpujilah Tuhan semesta alam!

Komentar

Posting Komentar

Mari berbagi cerita