Ada Apa di Bukit Tidar?


Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar, saya mendapat cerita dari mbak Yem (yang bekerja di rumah) tentang Bukit Tidar. Konon, bukit ini dulunya merupakan patok yang memaku pulau Jawa. Hal ini dikarenakan pulau ini sangat labil, sering berguncang dan bergerak ke mana-mana. Paku tersebut diturunkan oleh tiga orang sakti dari langit dan menancap di tengah-tengah pulau Jawa. Kini, tempat menancapnya paku itu menjadi sebuah kota, yaitu Magelang.

Ada apa di sana?

Walaupun sering mendapatkan cerita-cerita macam itu, saya belum pernah sekalipun menaiki bukit kecil itu. Oleh karenanya, pagi itu (21/7) saya mendaki bukit ini sendirian. Gerbang bukit Tidar kini hanya tinggal satu, yaitu di kampung Barakan. Sebelumnya, ada beberapa pintu yang menuju ke sana antara lain: gelanggang remaja dan akademi militer. Hanya saja, pintu gelanggang remaja kini telah berubah menjadi lapangan golf. Saya harus berputar untuk menaiki bukit Tidar via Barakan.

Seekor monyet nangkring
di depan pintu gerbang
Di pintu gerbang, saya dihadang oleh beberapa monyet. Bukit ini ditanami oleh beberapa pohon yang kini sudah menyerupai hutan. Dahulu, sisi lain bukit ini dijadikan makam Tionghoa Indonesia. Akan tetapi daerah itu sudah tidak terjangkau lagi dan berubah menjadi hutan. Di antara pohon-pohon yang tinggi itulah, monyet-monyet bergelantungan dan terkadang usil mengambili apa yang kita bawa. Di hadapan saya, tampak jalan setapak yang sudah cukup bagus untuk dinaiki. Melalui jalan inilah, saya berjalan perlahan hingga ke puncak bukit Tidar.

Petilasan Syekh Subakir

Menurut informasi yang saya peroleh, Syekh Subakir merupakan seseorang yang berasal dari Iran. Beliau menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sambil menyebarkan agama, beliau juga merupakan rekan walisongo yang anti takhayul. Di beberapa tempat, beliau memimpin pengusiran setan dengan menggunakan batu hitamnya. Kini, tempat petilasan Syekh Subakir dibangun di daerah bukit Tidar ini.

Petilasan Syekh Subakir
Kayu jati berbentuk kijing, didatangkan dari Sangiran (???)
Makam (???) Syekh Subakir

Puncak Bukit Tidar

Saya kembali menelusuri jalan setapak. Tidak jauh, saya sampai di puncaknya. Di sana hanya terdapat lapangan (untuk apel para taruna Akmil). Di sekitar lapangan, ada beberapa objek yang bisa dilihat, antara lain: monumen, makam Pangeran Purboyo, dan petilasan (makam???) Hyang Ismaya atau Semar.

Monumen
Lapangan di Puncak Bukit Tidar
Petilasan Semar

Banyak kabar simpang siur mengenai bukit ini. Salah satu sumber (komunitas blogger Magelang) menyebutkan bahwa Semar yang ada di sana bukanlah Hyang Ismaya, melainkan Kyai Semar -makhluk sakti penguasa bukit. Dia dikalahkan oleh Syekh Subakir dengan pusaka Kyai Panjang yang ditancapkan di sana (mungkin yang menjadi petilasan Semar). Silakan akses di http://pendekartidar.org/.

Di sisi lain, juga terdapat jalan. Sepertinya menuju ke makam pahlawan, akan tetapi saya tidak menuju ke sana. Saya beristirahat di puncak bukit ini untuk beberapa waktu sebelum akhirnya menuruni bukit ini.

Sumber gambar utama bukit tidar: panoramio.com

Komentar

  1. Wah2, Bukit Tidar y, hmmm. Tempat ayahku latihan militer dulu dumz, hahahaha

    BalasHapus
  2. Lho, ayahnya dari Akademi Militer toh?

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berbagi cerita