Mencicipi Masakan Kedai Tiga Nyonya


Minggu, 20 Maret 2011 saya bersama Irin diajak jalan sama cece Iin dan koko Richard, keluarga dari Solo. Padahal hari itu kami baru saja pulang dari Ambarawa untuk acara keluarga. Sesampainya di Jogja, sms melayang ke handphone Irin. Ada yang membutuhkan bantuan kami untuk memandu perjalanan menuju Ganjuran.

Karena sudah terlalu sore, tujuan beralih ke Ambarukmo Plaza. Di sana, kami jalan-jalan cuci mata sambil lirak-lirik kanan-kiri, siapa tahu ada copet. Saat itu, di Amplaz sedang ada pameran modifikasi mobil. Mobilnya keren-keren, tapi tidak on the road karena beberapa desain tampak ceper. Kalau kena polisi tidur ya game-over lah. Bukan hanya mobil-mobilnya yang keren, tetapi SPG nya juga keren-keren walaupun tidak satu pun yang membuatku tertarik.

Sepulang dari Amplaz, kami on the way menuju Kedai Tiga Nyonya. Restoran yang bercorak Cina-Belanda-Indonesia ini terletak di dekat Tugu Jogja, kurang lebih tiga puluh meter sebelah timur Tugu. Sepertinya, restoran ini memiliki sejarah yang cukup unik. Dengan penampilan yang sedemikian rupa, saya tidak ragu kalau restoran ini mahal. Beberapa ornamen memang merupakan peninggalan. Kami menempati meja nomor dua, dekat dengan sebuah cermin yang berada di atas meja kuno. Meja tersebut mirip sekali dengan meja yang ada di film-film vampir negeri Tirai Bambu. Di atas meja, terpampang tiga buah patung prajurit Cina (mirip samurai). Ada pula lampion-lampion unik, dan yang pasti foto dari tiga nyonya yang konon mendirikan restoran ini.

Ada harga, ada rupa. Makanan di sini memang bisa dibilang sangat mahal. Meskipun demikian, tidak ada satu pun masakan yang dibumbui dengan MSG. Semuanya murni dari bumbu dapur. Kami memesan masakan ikan, yaitu kerapu dan pindang patin. Ada juga sayur yang mirip dengan sawi, tetapi kriuk-kriuk, terus terang saya lupa apa nama sayuran tersebut. Ditambah daging sapi bumbu kecap, lengkap sudah menu lauk kami malam hari itu.

Yang cukup berkesan di restoran ini adalah faktor pelayanannya. Sebelum makan, kami dijamu dengan ramah. Dengan view bangunan kuno, kedai tiga nyonya menawarkan dekorasi klasik jaman kolonial serta Cina kuno. Masakannya pun bisa dibilang kelas atas, karena yang datang kebanyakan dari kalangan bos. Selesai makan, taplak meja lapisan atas (yang terbuat dari kertas minyak) diganti dengan yang baru. Semuanya tampak higienis dan memuaskan. Semakin puas karena kami tidak merogoh kocek sedikitpun (halah halah...)

Jika Anda memiliki uang lebih, tidak ada salahnya mencicipi masakan di Kedai Tiga Nyonya. Patokannya Tugu Jogja, ke arah timur. Kedai Tiga Nyonya ada di sisi selatan jalan di sebelah Circle-K (kalau belum tutup).

Harga
Saya cuma ingat ikan kerapu yang harganya tujuh puluh ribuan, dan teh manis hangat seharga lima ribuan.

Komentar

  1. Wah2, tidak terjangkau kantong mahasiswa ^^

    BalasHapus
  2. Anda tepat sekali Uha.... ^^ untung aku ke sana dibayarin ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berbagi cerita