Sepulang dari beraktivitas seharian, saya (kami, ehem) berkunjung ke sebuah cafe di daerah Kotabaru, Yogyakarta. Siapa yang tidak kenal dengan The House of Raminten. Dari luar, sepeda motor dan mobil berjejer memenuhi protokol jalan F.M Noto. Tampak papan reklame besar bertuliskan The House of Raminten, Jamu Oyot Godong (Jamu Akar Daun). Ketika memasuki serambi, saya harus mengantri di belakang sekian banyak pengunjung.
Memang, cafe ini menyajikan suasana Kejawen yang kental. Di sana sini tercium aroma dupa yang cukup kuat. Apalagi di belakang, aroma dupa bercampur dengan entah ramuan apa mirip balsam dan aroma kuda. Di serambi, tampak beberapa andong (kereta kuda) tanpa kuda sedang parkir serta bertuliskan : hanya bisa dinaiki hari Minggu Wage. (Jangan-jangan selain hari itu keramat, alias ada yang nungguin). Bangunan yang digunakan oleh cafe ini adalah bangunan kuno yang masih terawat, kemudian direnovasi sedemikian rupa sehingga ada beberapa tingkat yang cukup kokoh untuk tempat duduk.
Tidak berapa lama, saya diundang masuk untuk duduk di seat berdua. Saya takjub melihat harga minuman lebih mahal dari harga makanannya. Sego kucing single tanpa telur tertulis seharga Rp1.000,00 sedangkan teh manis yang saya pikir minuman termurah malah harganya Rp3.000,00. Kemudian saya memesan nasi kucing dan susu. Alamak!!! Sajian susunya aja ditempatkan di gelas yang mirip 'susu'.
Yah, tempat ini bukan hanya untuk makan dan minum saja, tetapi juga layak ditempati sebagai tempat nongkrong. Bagi saya, kursi rotan yang saya duduki itu sangat nyaman. Enak buat tidur-tiduran. Yang menjadi sedikit gangguan adalah lamanya penyajian makanan. Bisa dimaklumi karena pengunjung The House of Raminten sangatlah banyak. Ditambah lagi di luar tertulis: seluruh karyawan adalah lulusan 'SLB' jadi harap dimaklumi kalau pelayanannya lama karena pada dasarnya mereka adalah orang kenthir (gila???). Walaupun demikian, hal itu tidak menjadi masalah ketika saya bisa duduk nyaman di kursi rotan itu.
Saya tergelitik dengan perawatan tubuh dengan ramuan tradisional khusus pria. Apakah ini? Kemudian saya tanyakan kepada karyawan di sana. Ternyata memang mirip dengan pijat, hanya saja dibumbui dengan ramuan-ramuan tradisional. Harganya bisa mencapai Rp250.000,00. Ah, nanti saja lah. Kebetulan juga tempat ini sedang direnovasi. Jadi kesimpulannya, saya tidak perlu repot-repot keluar duit untuk perawatan tubuh khusus pria ini.
Minuman di sini cukup unik, sepertinya memang khusus jamu-jamu dengan nama-nama yang aneh-aneh. Harganya antara Rp5.000,00 - Rp15.000,00 serta porsinya gede-gede. Gelasnya ada yang tinggi, ada yang seukuran batok kelapa dan ada yang bentuknya mirip 'susu' tadi.
Pemilik dari The House of Raminten adalah seorang pengusaha sukses yang pula menjadi pemilik Mirota group (Batik, Swalayan, Bakery) yang bernama bapak Hamzah Hendro Sutikno. Entah karena gagasan apa, konsep The House of Raminten dan Mirota Batik identik dengan situasi kejawen yang cukup kental. Tempat-tempat semacam inilah yang cocok dijadikan tujuan wisata kuliner baik bagi penduduk lokal Yogyakarta maupun pendatang dari luar kota.
Sumber foto: inijie.com
Hmm, kynya menarik tempatnya 'cob. Aku cb tanya adikku apa dia sdh pernah ke sana dia jawab belum soalnya katanya waitress-nya pada pake kemben & waiter-nya gay semua & dia bilang dia mau ke sana klo ada teman cewe & dia blm dapet.
BalasHapusAku mau ke sana jd g berani, hahaha.
yah, itu benar sekali... waitress nya pake kemben dan waiternya bencong bin ajaib gitu...
BalasHapusaku ke sana sama temen cewe kok, rame-rame juga banyak... tapi aku ke sana sendirian pun juga gak takut...
Wah2, kok isa g takut 'cob? Aku aja mikir2 ke sana sendirian, >_<. Takut diapa-apain gt, hahaha
BalasHapusya ngapain takut, orang kita di sana makan bayar kok...
BalasHapus