10 Juni 2010
Seperti bukan di Indonesia, tapi kami berada di Indonesia...
The House on the Right
Rumah ini terletak di sebelah kanan jalan jika kita berjalan dari Pos Malang Kotagede. Kondisi rumah sudah tampak parah dan tak terawat. Di depan rumah, terdapat pohon jambu yang berusia tidak muda. Semua itu tertutup oleh gerbang setinggi kira-kira satu setengah meter yang terhubung ke jalan dengan sebuah gerbang cokelat kemerahan. Tampak tak terawat. Itulah yang menyebabkan energi lain yang terpancar dari rumah yang dulunya mewah.
Jambu Mata
Ada rumor yang beredar (kata Om Bayu), pernah ada orang yang ingin memetik jambu dari pohon di depan rumah tersebut, tetapi orang tersebut mendapatkan bola mata!
Tim kecil dari SPSS mencoba menjelajah rumah seram tersebut. Hanya saja kita tidak
Ada yang berminat masuk ke rumah itu?
Singgasana Panembahan Senopati
Selepas dari rumah horror tersebut, kami nggowes entah kemana. Tempat tujuan kami selanjutnya adalah di Watu Gilang, yang dulunya merupakan singgasana Panembahan Senopati. Di sini, kami berbincang-bincang lama.
Apa yang kami perbincangkan?
Kami berbicara seputar invasi Belanda di Indonesia. Tiga ratus lima puluh tahun lamanya Belanda berusaha menduduki Indonesia, dan selama itu pula bangsa kita berjuang mengusir dan memperoleh kemerdekaan. Ketika itu, wilayah keraton Yogyakarta di Kotagede ini berpusat di Watu Gilang ini. Dengan tiga buah pohon beringin besar sebagai saksi bisu yang hidup (kata mas Angga), raja Mataram dulu memimpin wilayah Yogyakarta yang sebagian besar masih berupa hutan.
Bukan perjuangan yang mudah, apalagi ketika kompeni mulai melakukan intrik untuk menguasai wilayah Indonesia yang subur. Akan tetapi, para pahlawan kita dulu yang telah gugur pernah melakukan penyerangan. Mereka tidak ingin wilayah mereka diduduki oleh orang-orang licik jaman dulu.
Sambil ngobrol, tak terasa sudah cukup malam. Kami berencana untuk melanjutkan perjalanan kami menuju ke Masjid Agung Kotagede. Namun, karena hari itu adalah malam Jumat Kliwon, kami harus mengurungkan niat karena ternyata di lokasi masjid sangat ramai. Selanjutnya, kami langsung tancap saja menuju masjid legendaris yang kedua, yaitu Masjid Perak. Pernah terjadi sengketa dalam renovasi masjid ini, yaitu antara budayawan dengan Muhammadiyah.
Selanjutnya kami nggowes lagi untuk mencari warung susu murni. Hingga akhirnya, kami minum susu di daerah Pojok Benteng Wetan.
Susu cokelat : Rp4.000,00
Balok ketela : Rp1.500,00
Hoolha, saya mendapat kembalian uang seribu yang ada kunci jawaban UN Bahasa Indonesia 2010!!! Believe it or not? Tanya Wijna sajalah, bukti otentiknya ada di sana...
Foto-foto: Wihikan 'Mawi' Wijna (http://wijna.web.id)
uang 1000 nya saya masukkan ke kotak amal!
BalasHapusWah, berarti yang mendapatkan uang itu bisa lulus ujian tahun berikutnya... hohohoho....
BalasHapus