From Solo to Jogja With Love


Bukan judul filem atau apa, tapi inilah perjalanan Night Ride yang dilakukan para rekan-rekan Jogja Folding Bike ditemani beberapa teman-teman yang menggunakan Mountain Bike (termasuk saya) pada malam Jumat tanggal 27 Mei 2010. Suasana night ride dihiasi dengan hujan yang tiada kunjung berhenti. Meskipun demikian, para pesepeda tidak menyerah. Mereka tetap mengayuh sepeda mereka menerjang hujan.

Sebelumnya, kami berkumpul di stasiun Lempuyangan. Kurang lebih pukul 16.20, kami berangkat menuju kota Solo dengan kereta Prameks (a.k.a Prambanan Ekspres). Satu jam lamanya kami berada di kereta ini sebelum tiba di Stasiun Purwosari, ada yang berdiri dan ada yang duduk-duduk di bawah sambil makan-makan. Sedangkan para sepeda dibawa dengan menggunakan pick-up sampai ke Solo juga.

Setibanya di Solo, bukannya kami bisa langsung menikmati sepedaan, tetapi kami harus kumpul dulu untuk menunggu sepeda dari Jogja datang. Soalnya, jalanan sepanjang Jogja-Solo katanya macet, mungkin karena hujan turun nggak berhenti-berhenti. Kami singgah di kantor XL Center (temannya om Fajar), ada yang melakukan sholat, ada yang ke kamar kecil dan lain-lain. Kami berangkat dari sana baru sekitar pukul 8 malam. Tujuan pertama adalah ke tempat rekan dari om Andi atau om Har (saya lupa), pokoknya ke rumah dalang kondang Ki Anom Suroto (yang saya dengar itu rumah anaknya). Rumahnya buagus banget, dengan ukiran kayu dan arsitektur ala Jawa.


Di rumah ini, sudah tersedia Tengkleng (a.k.a Gulai Jeroan Kambing), kue dan minuman. Di depan juga ada gerobak nasi goreng jawa. Bagi yang tidak doyan tengkleng, bisa pesan makanan di sini. Berhubung saya doyan makan, saya mencicipi sedikit tengklengnya sekaligus memesan nasi goreng sepiring berdua dengan mas Imam. Dua-duanya luar biasa enak, dijamin halal dan dijamin gratis (karena yang membiayai seluruhnya adalah sang pemilik rumah). Selesai ngobrol-ngobrol dan makan-makan, kami pamitan kepada empunya rumah. Benar-benar kenangan luar biasa berada di Solo, jarang-jarang bisa berkunjung ke rumah tradisional seperti ini. Selanjutnya, kami benar-benar melakukan perjalanan dari Solo menuju Jogja. Hanya di beberapa pos kami berhenti, seperti di sebuah Pom Bensin, terminal maupun Indomaret.

Sampai di Jalan Raya Solo-Yogya, ada insiden yang terjadi pada sepeda kesayangan saya. Sepeda saya terpaksa naik pick-up lagi karena bannya bocor! Akhirnya, dengan berat hati saya turut menyertai pesepeda di dalam mobil. Tidak jauh, kami berhenti di terminal. Saya berkesempatan mencicipi sepeda lipat Polygon Metro berwarna putih (single speed yang dimodifikasi jadi ada 3-speed internal gear). Saya jadi bersepeda lagi....

Sampai di kota Klaten, akhirnya sepeda saya dibetulin. Ada paku yang menancap dengan santainya di salah satu sisi roda. Dengan tangan handal mas Yanto, sepeda saya bisa dengan cepat dikerjakan. Kami melanjutkan perjalanan menuju Prambanan. Kurang lebih 8 km sebelum Prambanan, ada insiden yang menimpa om Andi. Ketika menghindari jeglongan (lubang) di jalan, keseimbangan om Andi terganggu sehingga jatuh ke sisi jalan raya. Lukanya cukup besar sehingga beliau harus berhenti dari aktivitas bersepeda malam. Sepedanya dilipat dan dinaikkan ke atas pick-up. Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan hingga ke Prambanan. Setiba di Prambanan, kami beristirahat cukup lama di masjid dekat Prambanan.

Setelah beristirahat, kami meneruskan perjalanan sampai ke Rodalink Janti. Ups, ternyata sudah jam 1 pagi. Sesampainya di Janti, kami bersalam-salaman, syukuran dan pulang ke rumah kami masing-masing. Hoho...

Bener-bener 60 kilometer bersama si Mia...

Komentar

  1. jadi inget ke Solo kemaren bareng Kang Bayu, Cici, Bagus, Vendy, n Angga. Aku kebetulan sengaja pakai Seli B2W, dan bener2 ndak bisa ngebut! makin pingin ku upgrade jadinya...

    BalasHapus
  2. Kesel juga pake SeLi... kemarin ke Parang Tritis aja krenggosan...

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berbagi cerita