Candi Gebang


Siang ini, Minggu 30 Mei 2010, saya melakukan perjalanan mencari candi bersama sepeda saya. Kali ini saya tidak sendirian seperti minggu lalu ketika berkunjung ke Candi Sambisari. Saya ditemani oleh adik saya Fiola, dengan naik sepeda. Saya mengendarai MTB, sedangkan Fio mengendarai SeLi.

[Update: 19 Juli 2011] Pagi ini saya ingin menghirup udara segar di sekitar candi ini. Sampai di dekat candi, pemandangan tampak berubah dengan adanya pasir dan batu-batuan. Ternyata pelataran Candi Gebang kini sedang dalam tahap renovasi. Pemerintah mengeluarkan dana untuk membangun pelataran candi ini. Semoga candi-candi yang lain juga mendapatkan jatah untuk diselamatkan.

Lokasi candi ini cukup terpencil meskipun terletak di pemukiman penduduk. Candi ini terletak di Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Untuk menuju ke sana, Anda harus mencermati rambu-rambu yang terbatas. Dari Ring-Road utara, Anda bisa menemukan Jogja International Hospital. Kira-kira 100 meter dari sana, ada sebuah tikungan yang ada papan tulisan "Perumahan Candi Indah". Tulisan tersebut terletak di pasar. Intinya carilah pasar di daerah Ring-Road Utara yang menuju timur. Setelah masuk, barulah Anda akan menemukan tikungan menuju candi ini setelah ada jalan turun berjembatan (satu-satunya cekungan tajam di sepanjang jalan itu). Dari sana, Anda akan menemukan rambu-rambu yang mengarahkan ke candi (belok ke kanan, semacam gapura perumahan). Selanjutnya, Anda harus mengadapi jalanan yang off-road.

Setelah tanya-tanya penduduk, akhirnya saya bisa mencapai Candi Gebang yang lokasinya tidak jauh dari pemukiman namun terpencil. Bisa dilihat di foto, stadion Maguwoharjo terbentang di belakang candi. Di sekitar candi itu ada sungai yang mengalir dengan cukup deras. Suasana Candi sungguh asri dan tentram, serta tenang.

Saya masuk ke sana. Tampak seorang bapak setengah baya (belum ada) sedang berjaga di pos. Saya membeli tiket dua buah seharga Rp2.000,00 masing-masing (itu artinya saya mengeluarkan uang Rp4.000,00). Kemudian saya minta ijin untuk berkeliling seputar candi.


Candi Gebang termasuk salah satu dari sekian banyak candi Hindu. Terbukti dengan adanya patung Ganesha (sebagai lambang pelindung) dan Nandiswara (yang kepalanya hilang dicuri sekitar tahun 1989). Di dalam candi itu ada Yoni. Yang membuat saya bingung adalah tidak ada tangga yang mengarahkan orang untuk ke dalam. Biasanya, jika ada ruang di dalam yang berisi Yoni, maka ada tangga naik seperti yang biasa ditemukan di candi-candi Hindu sebelumnya. Di atap candi, terdapat lingga, relief kuku dan patung manusia yang duduk bersilang-kaki.


Bagaimana penemuan candi ini?
Ketika saya berbincang-bincang dengan bapak penjaga, saya banyak mendapatkan beberapa informasi mengenai candi ini. Candi Gebang ditemukan pada tahun 1936. Candi ini ditemukan secara tidak sengaja, ketika seorang penduduk desa sedang menggali tanah untuk mencari batu bangunan. Ketika penggalian dilakukan ternyata ditemukan arca Ganesha dan batu-batu candi, akhirnya bersama tim arkeologi UGM, penggalian dan eksvakasi candi dilakukan. Selain batuan candi, ditemukan juga peninggalan lain berupa gerabah. Konon semua ini tertimbun oleh lahar vulkanis dari letusan gunung Merapi ratusan tahun yang lalu. Informasi lainnya saya baca di papan informasi.

Yoni terletak di dalam candi, dengan satu pintu di balik arca Ganesha. Anehnya, memang tidak ada tangga untuk naik ke sana. Mungkin, tempat ini digunakan untuk bertapa. Yoni di dalam candi itu mirip bentuknya dengan yoni yang ditemukan di Candi Sambisari. Ukuran candi ini cukup mungil, yaitu 5.25m x 5.25m dan tinggi 7x75m. Karena kondisi candi saat ditemukan sangat memprihatinkan, akhirnya di bawah pimpinan Prof. Dr. Ir. Van Romondt, candi ini dipugar pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1939.

Pada bulan November 1989, kepala dari arca Nandiswara (sang dewa penjaga arah mata angin) hilang dicuri. Seharusnya, di sisi lain terdapat arca Mahakala. Tetapi arca tersebut juga hilang tanpa diketahui penyebabnya. Jika di sisi tengah terdapat arca Ganesha, seharusya di kanan dan di kirinya ada patung Dewi Durga dan Agastya seperti yang ada pada Candi Sambisari.

Dilihat dari umur batu serta tradisi pembuatannya, diperkirakan candi ini dibuat antara tahun 730 - 800 masehi. Nama Candi Gebang sendiri berasal dari cerita tradisi rakyat serta peninggalan prasasti. Upaya pengamanan candi pun harus semakin ditingkatkan mengingat peninggalan candi ini merupakan salah satu hal yang berharga yang patut dilindungi.

Setelah pukul 12.00 WIB, akhirnya saya beranjak dari tempat ini untuk pulang. Hari sudah mulai panas. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada bapak yang berjaga di sini karena sudah memberikan segelas teh manis panas sebagai pengganti energi gowes saya ke sini.

"Selamat bertugas, Pak."

Komentar

  1. baru tau kalau candi gebang tergolong jadi tertua..
    terima kasih infonya

    BalasHapus
  2. ya ini juga omong-omong dengan bapak penjaganya...

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Mari berbagi cerita